Recent

🙏SELAMAT DATANG DI MI AL-AMIN TABANAN BALI🙏BAGAIMANA KABARNYA✌JAWABANNYA✌SAYA SEHAT, SAYA KUAT, SAYA CERDAS, ALLAHUAKBAR, LUARBIASA, 👍JOSSGANDOSS🙂

Blogger templates

PENDIDIKAN

Structural Weaknesses

Lorem Ipsum is simply dummy text of the printing and typesetting industry.

Recent Blog Posts

Lorem Ipsum has been the industry's standard dummy text.

Continuous Monitoring

Lorem Ipsum is simply dummy text of the printing and typesetting industry.

Entri yang Diunggulkan

JUARA 1 & 2 KSM TINGKAT KABUPATEN TABANAN

 Selamat dan Sukses Atas Prestasi yang diraih dalam ajang kompetisi sains madrasah tingkat Kabupaten Tabanan. Semoga di Tingkat Provinsi Bis...

Blog Archive

Categories

MI AL-AMIN TABANAN

It is a long established fact that a reader will be distracted by the readable content of a page when looking at its layout. The point of using Lorem Ipsum is that it has a more-or-less normal distribution of letters, as opposed to using 'Content here, content here'.

Increased & Evolving Threat

Lorem Ipsum is simply dummy text of the printing and typesetting industry.

Widening Attack Surface

Lorem Ipsum is simply dummy text of the printing and typesetting industry.

Recent Comments

Projects

3/Business/post-list

Senin, 31 Mei 2021

 “Pancasila dalam Tindakan, Bersatu untuk Indonesia Tangguh”


 Sejarah Hari Lahir Pancasila berawal dari kekalahan Jepang pada Perang Asia Timur Raya. Jepang berusaha mendapatkan hati masyarakat dengan menjanjikan kemerdekaan kepada Indonesia dan membentuk sebuah lembaga yang tugasnya untuk mempersiapkan hal tersebut. Jepang setidaknya menjanjikan kemerdekaan kepada Indonesia sambil menunggu situasi membaik. Pada 1 Maret 1945, Kumakichi Harada selaku Jenderal Dai Nippon yang membawahi Jawa, mengumumkan akan dibentuk suatu badan baru dengan nama Dokuritsu Junbi Cosakai. Secara garis besar, BPUPKI dibentuk untuk "menyelidiki hal-hal yang penting sekaligus menyusun rencana mengenai persiapan kemerdekaan Indonesia," demikian seperti yang termaktub dalam Maklumat Gunseikan (Kepala Pemerintahan Militer merangkap Kepala Staf) Nomor 23. BPUPKI dalam periode kinerjanya, yang hanya beberapa bulan, telah menggelar 2 kali sidang resmi: 29 Mei sampai 1 Juni, dan 10-17 Juli 1945. Ada satu sidang lagi yang dilakukan kendati tidak resmi dan hanya diikuti beberapa anggota pada masa reses, antara 2 Juni hingga 9 Juli 1945. Pada sidang pertamanya tanggal 29 Mei 1945 yang diadakan di Gedung Chuo Sangi In (sekarang Gedung Pancasila), para anggota membahas mengenai tema dasar negara. Sidang berjalan sekitar hampir 5 hari, kemudian pada hari terakhir, tanggal 1 Juni 1945, Sukarno menyampaikan gagasannya terkait dasar negara Indonesia, yang dinamai “Pancasila”. Panca artinya lima, sedangkan sila artinya prinsip atau asas. Hingga sidang usai, belum ada kesepakatan yang dicapai. Ada beda pendapat yang cukup tajam antara kubu nasionalis dan kubu agamis, salah satunya tentang bentuk negara, antara negara kebangsaan atau negara Islam, meskipun hal ini bukanlah persoalan yang baru (Bernhard Dahm, Sukarno dan Perjuangan Kemerdekaan, 1987:232). Maka dibentuklah Panitia Sembilan untuk menemukan jalan tengah dalam perumusan dasar negara. Panitia ini terdiri dari Sukarno, Mohammad Hatta, Achmad Soebardjo, M. Yamin, Wahid Hasjim, Abdoel Kahar Moezakir, Abikusno Tjokrosoejoso, Haji Agus Salim, dan A.A. Maramis. Setelah melalui pelbagai perdebatan sengit dalam perundingan alot pada sidang Panitia Sembilan tanggal 22 Juni 1945, lahirlah rumusan dasar negara RI yang dikenal sebagai Piagam Jakarta atau Jakarta Charter yang terdiri dari: 
1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan Syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya 
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab 
3. Persatuan Indonesia 
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan 
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Demikianlah sejarah singkat. 
MI Al-Amin mengajak semua komponen masyarakat untuk selalu bersatu padu tanpa membedakan satu sama lain menjunjung tinggi Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika. Jangan mudah terhasut dan terprovokasi oleh oknum yang ingin memecah belah persatuan dan kesatuan Bangsa. 

Kamis, 27 Mei 2021

 
Dua Siswa&siswi MI Al-Amin Mewakili Kecamatan Kediri dan Tabanan dalam ajang STQ Tingkat Kabupaten Tabanan. 
Alhamdulillah dan terimakasih kepada Ananda Mirza Asfa Alzena Perwakilan dari Kec. Tabanan yg meraih Juara 2. Sedangkan Ananda Annisa Azzara Putri Perwakilan dari Kec. Kediri berhasil Meraih Juara 1. Semoga kedepan saat mewakili Kabupaten Tabanan dalam ajang STQ Provinsi Bali Ananda bisa kembali mempertahankan Juaranya.🏆 Barokallah🤲

Semoga mereka berdua bisa menginspirasi teman-temannya untuk selalu cinta pada Al-Qur'an (Membaca, menghafal dan mengamalkan). 

Terimakasih kepada ustadz&ustadzah yg telah membimbing sehingga mereka dapat Juara,  semoga bisa menjadi ladang amal ibadah. Amin Ya robbal Alamin🤲

(Tim Redaksi MI Al-Amin Tabanan) 

Rabu, 12 Mei 2021


"Dalam beningnya hati ada secuil benih prasangka. Dalam santunnya ucapan ada kalanya khilaf tak sengaja. Dengan kerendahan hati, mohon dimaafkan segala kesalahan. Selamat Hari Raya Idulfitri, mohon maaf lahir dan batin."

Senin, 10 Mei 2021

 


KHOTMIL QUR'AN MI AL-AMIN




Assalamualaikum, Wr.Wb.
Segenap Walimurid dan sisswa-siswi MI Al-Amin Yang di Rahmati Oleh Allah.
Alhamdulillah Ramadhan sudah hari ke-28 Dewan Guru MI Al-Amin telah menyelesaikan kegiatan khotmil qur'an secara virtual sebanyak 4 kali yang bertujuan semoga kita semuanya dijauhkan dari Virus Covid-19 dan marabahaya serta kita semua mendapat barokah dari Al-qur'an .
Semoga MI Al-Amin Tetap Jaya dan Selalu Berkarya. Alfatihah!

Senin, 03 Mei 2021


 Festival Cahaya Ramadhan 1442H PLN UITJBTB

Lomba Da'i Cilik, Alhamdulillah ananda Nadine Alesha Kelas II Terpilih menjadi Juara 1 Tingkat Nasional mewakili Bali, semoga prestasi ini bisa menambah semangat bagi seluruh siswa-siswi MI Al-Amin, bahwasannya jika mau belajar pasti bisa.

Cuplikan Nadine Alesha siswi kelas 2 MI Al-Amin tampil dalam acara Safari Ramadhan Bersama "General Manager UIT JBM" yang diselenggarakan pada tanggal 03 Mei 2021 beralamat : Jl. Raya Abianbase, Kapal, Mengwi, Kabupaten Badung, Bali 80351.


Kegiatan Santunan, kerjasama PLN dengan Dompet Sosial Madani yang menghadirkan 50 anak yatim/piyatu dan duafa, yang naik di atas panggung adalah perwakilan dari 50 anak tersebut. Semoga Barokah dan bermanfaat.


Sabtu, 01 Mei 2021

 

Sejarah Hari Pendidikan Nasional tak lepas dari sosok dan perjuangan Ki Hadjar Dewantara. Beliau adalah pelopor pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia di era kolonialisme. Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) adalah hari yang ditetapkan oleh pemerintah Indonesia setiap 2 Mei, untuk memperingati kelahiran dan menghormati jasa Ki Hadjar Dewantara. Baca juga: Hari Pendidikan Nasional 2021: Sejarah, Tema, dan Link Download Logo Ki Hadjar Dewantara Melansir Kompas.com, 2 Mei 2020, pria kelahiran Pakualaman, Yogyakarta, 2 Mei 1889, ini dikenal sebagai pencetus Taman Siswa. Kutipannya yang terkenal, yakni "Ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani". Artinya, di depan, seorang pendidik harus memberi teladan atau contoh tindakan yang baik; di tengah atau diantara murid, guru harus menciptakan ide dan prakarsa; di belakang seorang guru harus bisa memberikan dorongan serta arahan. Nama asli Ki Hadjar Dewantara adalah Raden Mas Soewardi Soerjaningrat. Melansir laman Kemdikbud, Ki Hajar Dewantara melahirkan sistem pendidikan nasional bagi kaum pribumi dengan nama Taman Siswa. Perguruan Taman Siswa berdiri pada tanggal 3 Juli tahun 1922 di Yogyakarta. Taman Siswa ini mengajarkan kepada pribumi tentang pendidikan untuk semua yang merupakan realisasi gagasan dia bersama-sama dengan temannya di Yogyakarta. Sekarang Taman Siswa mempunyai 129 sekolah cabang di berbagai kota di seluruh Indonesia.

Bapak pendidikan nasional Ki Hajar Dewantara merupakan Mentri Pengajaran pertama Kabinet Presiden Soekarno yang kemudian menjadi Kementrian Pendidikan dan Pengajaran dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. 

Ki Hajar Dewantara juga merupakan Pahlawan Nasional ke-2 yang ditetapkan Presiden pada tanggal 28 November 1959 berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 305 Tahun 1959, tanggal 28 November 1959. Dengan Keppres itu dia juga ditetapkan sebagai Bapak Pendidikan Nasional. Berdasarkan pemberitaan Harian Kompas, 2 Mei 1968, karena jasa-jasanya, Ki Hadjar Dewantara mendapatkan penghargaan dari pemerintah. Dia dianggap telah memelopori sistem pendidikan nasional berbasis kepribadian dan kebudayaan nasional. Mengutip Kompas.com, 2 Mei 2020, Ki Hajar Dewantara pernah bekerja sebagai wartawan di beberapa surat kabar, yakni Sedyotomo, Midden Java, De Express, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer, dan Poesara. Dia menjadi salah satu penulis andal. tulisannya sangat komunikatif, tajam, dan patriotik sehingga mampu membangkitkan semangat anti penjajahan. Baca juga: Hari Pendidikan Nasional dan Momen Mengenang Ki Hadjar Dewantara... Perjuangan Selain menjadi wartawan muda, Ki Hajar Dewantara juga aktif dalam organisasi sosial dan politik. Salah satunya aktif pada organisasi Budi Utomo. Setelah itu pada tanggal 25 Desember 1912 dirinya mendirikan Indische Partij bersama dengan Douwes Dekker dan Cipto Mangunkusumo. Namun, Indische Partij ditolak oleh Belanda dan menggantinya dengan membentuk Komite Bumiputera pada 1913. Komite tersebut bertujuan untuk melancarkan kritik terhadap pemerintah Belanda yang bermaksud merayakan seratus tahun bebasnya negeri Belanda dari penjajahan Perancis dengan menarik pajak dari rakyat kecil. Ki Hajar Dewantara mengkritik tindakan perayaan tersebut melalui tulisan yang berjudul Als Ik Eens Nederlander Was (Seandainya Aku Seorang Belanda) dan Een voor Allen maar Ook Allen voor Een (Satu untuk Semua, tetapi Semua untuk satu juga). Akibat tulisan tersebut, Ki Hajar Dewantara ditangkap Pemerintah Hindia Belanda dan dibuang ke Pulau Bangka. Namun, Ki Hajar Dewantara memilih untuk dibuang ke Belanda dan diizinkan oleh Pemerintah Hindia Belanda. Selama menjalani masa pembuangan di Belanda, Ki Hajar Dewantara memanfaatkannya dengan banyak belajar. Dirinya mempelajari masalah pendidikan dan pengajaran. Bahkan, prestasinya ditunjukkan dengan memperoleh Europeesche Akter. Kiprah pendidikan Pada 1918, Ki Hajar Dewantara kembali ke Indonesia setelah menjalani hukuman selama masa pembuangan. Sekembalinya ke tanah air, Ki Hajar Dewantara bertekad untuk membebaskan rakyat Indonesia dari kebodohan untuk mewujudkan Indonesia merdeka. Dirinya mendirikan Perguruan Nasional Taman Siswa (National Onderwijs Institur Taman Siswa) pada 3 Juli 1922. Pendidikan ini bertujuan menanamkan rasa kebangsaan mencintai tanah air untuk berjuang memperoleh kemerdekaan. Ki Hajar Dewantara juga aktif menulis dengan tema pendidikan dan kebudayaan berwawasan kebangsaan. Melalui tulisannya tersebut, dia berhasil meletakkan dasar-dasar pendidikan nasional bagi bangsa Indonesia. Untuk mengenang jasa dan perjuangan Ki Hajar Dewantara, pemerintah memberikan julukan "Bapak Pendidikan" dan menetapkan tanggal kelahirannya sebagai Hari Pendidikan Nasional.